PhD life is a climb

Masjid Al-Firah FTP UGM
taken from Perpus FTP lantai 4

Kemarin pagi, sembari sarapan di warung bubur ayam, aku curhat sama mas bay soal perasaanku terhadap PhD ku belakangan ini. Memang sejak akan pulang ke Indonesia, fokusku agak terdistraksi dengan berbagai hal terkait kepulangan dan adaptasi sesampainya di Indonesia. Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, nampaknya bukan itu hal utama yang menjadi penyebab, justru lebih pada aku yang mulai jenuh karena masih saja harus melakukan penelitian di tahun terakhir PhD ku. Aku sudah ingin menulis disertasi dan berpikir mendalam tentang risetku, bukan mengumpulkan data lagi.

Saat ini masih ada dua work package (WP) yang aku kerjakan, plus satu work package yang perlu konfirmasi. Jadi ada 3 WP yang belum beres dan mengganjal pikiranku. Rasanya cukup campur aduk, merasa kurang waktu untuk belajar mendalam, merasa data yang kurang oke tapi jika harus mengulang mengambil data lagi bakal makan waktu lagi ~ kapan ngerjain disertasinya ~. Aku jadi merasa risetku kurang terorganisir. Ada perasaan mungkin aku kurang mengomunikasikannya dengan supervisor, tapi.. aku selalu mengirim report ke beliau ko. Hanya memang nampaknya karena terlalu banyak tambahan ide riset di tengah-tengah jadi aku harus pararel mengerjakan beberapa WP dalam satu waktu, akibatnya yaa kurang fokus.

*Btw, nulis begini aku jadi nemu, masalahku diantaranya terletak pada harus mengerjakan beberapa riset secara pararel selama beberapa tahun yang membuat otakku sekarang ada di fase rada exhausted, males mikir banyak2, pengen nya nulis aja, dah "bosen" ngambil data. wkwkw*

Jelang kepulanganku ke Indonesia, aku berinisiatif meminta diskusi dengan profesor untuk menyusun kerangka disertasiku. Setelah berdiskusi aku merasa lega, jadi lebih jelas runtutan cerita risetku. Tapi tetap menyisakan perasaan mengganjal karena ada 3 WP yang belum beres. Banyak banget kan untuk tahun ke 4. Memang ada berapa total WP yang aku kerjakan?? Total ada 9 😖. Tapi rasanya ga akan semuanya aku tulis di disertasi, aku khawatir tidak bisa membahasnya secara mendalam di disertasi dan bisa jadi boomerang saat aku defense nanti.

Dari tahun pertama PhD, aku merasa dikejar-kejar waktu karena terkait skema PhD ku yang merupakan sandwich program. Jadi waktuku di Belgia terbatas. Sedangkan harus juga mengompromikan jadwal ku dan suami terkait kepulangan agar kita bisa pulang ke Indonesia bersama-sama. Lalu terhempas Covid, makin lah rasanya kejar-kejaran. Tiada hari tanpa eksperimen. Istirahat siang juga setengah jam aja, asal cukup buat makan dan sholat. Tapi alhamdulillah sekali, Allah kasih aku masih bisa tidur jam 10 malem, ga ngalami susah tidur meski banyak kerjaan, wkwk. Rafka yang jadi penyeimbangku, kalo sudah di rumah, hempaaslaaah semua itu kerjaan, bermain-main dengan anak dan suami me-recharge hatiku.

Balik ke obrolan sama mas bay di warung  bubur ayam 😄

Mas bay bisa menangkap dan memahami yang aku rasakan, karena yaa dia pernah mengalaminya juga, khatam wkwk. Diantara pesan mas bay yang membuatku terenyuh..

"PhD itu kayak naik gunung, kerasanya kayak udah mau nyampe tapi masih nanjak, bikin kerasanya jauh, capek, ga nyampe-nyampe.. tapi ya tetep naik terus aja, pelan gapapa, berhenti istirahat sejenak juga gapapa, refreshing dilepaskan dulu bebannya sejenak itu bagus. Yang penting jangan ditinggal dan beralih fokus ke hal lain yang bebannya sama berat, semisal justru ngerjain proyek lain yang itu sama sekali ga terkait dengan PhD kita. Nanti kita semakin tersesat, berat pas mau balik ngerjain lagi. Dan ga perlu melihat bagaimana orang lain, cerita dan perjuangan orang beda-beda. PhD itu bukan soal pinter apa engga, banyak sekali faktornya dan cobaannya spesifik di masing-masing orang."

Di otakku lansung berputar lagunya Milley Cyrus yang juga jadi judul blog ini, haha

"Ain't about how fast I get there, ain't about what's wait on the other side.. It's a climb"

Dan buatku, menulis di blog ini adalah salah satu sarana aku me-refresh pikiran, menemukan apa yang sebenar-benarnya aku rasakan dan penyebab dari perasaan itu. Untuk kemudian melanjutkan hidup lagi, menanjaki gunung lagi 😄


Salam,

Ayun







Comments

Popular Posts